
BERITAPELITA.COM Serangan militer terbaru yang dilancarkan oleh pasukan Israel terhadap Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara menimbulkan kerusakan struktural parah serta mengganggu layanan kesehatan penting yang masih tersisa di wilayah tersebut. Organisasi kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) melaporkan bahwa serangan itu tidak hanya menghancurkan bangunan rumah sakit, tetapi juga membahayakan keselamatan tenaga medis dan pasien yang masih bertahan di dalamnya.
Dalam pernyataan resminya pada Minggu, 19 Mei 2025, MER-C menyampaikan bahwa situasi di rumah sakit sangat memprihatinkan. Jendela-jendela bangunan pecah, plafon sebagian runtuh, dan sejumlah fasilitas vital tidak lagi berfungsi. Unit perawatan intensif, instalasi gawat darurat, dan ruang operasi mengalami gangguan signifikan akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan.
Serangan bom yang dilancarkan pasukan Israel menimbulkan guncangan hebat layaknya gempa bumi. Akibatnya, peralatan medis canggih yang menjadi andalan dalam penanganan pasien luka berat turut rusak dan tidak dapat digunakan. Kondisi ini memperburuk keadaan di rumah sakit yang sejak awal sudah mengalami kekurangan pasokan medis dan fasilitas dasar.
MER-C juga melaporkan bahwa pasukan Israel telah mengepung rumah sakit tersebut dengan menempatkan drone tempur di sekeliling area dan posisi pasukan hanya berjarak sekitar 500 meter dari lokasi. Kondisi ini menciptakan ketakutan luar biasa bagi staf medis dan pasien yang tidak memiliki tempat aman untuk berlindung.
Tenaga medis yang bertugas di RS Indonesia disebut masih terus berjuang di tengah keterbatasan luar biasa. Persediaan makanan, air bersih, dan obat-obatan kian menipis. Namun mereka tetap bertahan demi memberikan pelayanan kepada warga Gaza yang terluka, sakit, dan membutuhkan perawatan darurat.
MER-C mengecam keras tindakan yang dianggap sebagai pelanggaran berat terhadap hukum internasional, khususnya Konvensi Jenewa yang melindungi fasilitas medis dan tenaga kesehatan dalam situasi konflik bersenjata. “Menyerang rumah sakit adalah tindakan yang tidak berperikemanusiaan dan melanggar prinsip dasar kemanusiaan universal,” tulis MER-C.
Organisasi kemanusiaan ini juga menyerukan kepada masyarakat internasional untuk segera mengambil tindakan nyata dalam menghentikan agresi militer yang merusak fasilitas vital di Gaza. MER-C meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan lembaga-lembaga terkait untuk turun tangan dan melindungi rumah sakit sebagai zona netral dalam konflik.
RS Indonesia di Gaza merupakan salah satu dari sedikit fasilitas kesehatan yang masih berfungsi di wilayah utara Gaza setelah berbulan-bulan serangan terus-menerus. Rumah sakit ini dibangun dengan bantuan rakyat Indonesia melalui MER-C dan telah menjadi simbol solidaritas kemanusiaan antara Indonesia dan rakyat Palestina.
Sejak awal konflik, RS Indonesia telah menerima ribuan korban luka, termasuk anak-anak dan perempuan. Kini, dengan kondisi bangunan rusak dan ancaman serangan terus mengintai, rumah sakit tidak lagi mampu memberikan layanan maksimal seperti sebelumnya.
Staf MER-C yang berada di lapangan menyebutkan bahwa rasa takut kini menyelimuti seluruh area rumah sakit. Namun, para tenaga medis tidak meninggalkan pos mereka. Mereka tetap berpegang pada sumpah profesi, bahkan ketika nyawa mereka sendiri terancam.
Pihak MER-C Indonesia juga terus memantau situasi dari Jakarta dan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak guna mencari solusi kemanusiaan yang memungkinkan. Mereka menyatakan kesiapan untuk mengirim bantuan tambahan jika akses kemanusiaan dibuka oleh pihak berwenang.
Kondisi RS Indonesia di Gaza menjadi simbol dari penderitaan warga sipil di tengah konflik bersenjata yang tiada henti. Rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat perlindungan justru berubah menjadi target serangan, memperlihatkan betapa mendesaknya gencatan senjata permanen di wilayah tersebut.
MER-C mengingatkan bahwa konflik ini bukan hanya soal politik dan militer, melainkan juga menyangkut keselamatan jutaan nyawa sipil yang tidak bersalah. Anak-anak, perempuan, dan lansia yang seharusnya mendapatkan perlindungan justru menjadi korban dari kekerasan yang berlangsung terus-menerus.
Dalam pernyataannya, MER-C meminta solidaritas seluruh rakyat Indonesia untuk terus mendoakan dan memberikan dukungan bagi tim kemanusiaan serta warga Gaza. Mereka juga menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah diplomatik yang lebih tegas dalam forum internasional guna mendesak dihentikannya agresi terhadap fasilitas kemanusiaan.
Serangan terhadap RS Indonesia di Gaza sekali lagi menjadi pengingat bahwa dalam perang, yang paling menderita adalah mereka yang tidak memegang senjata. Sudah saatnya dunia bersatu untuk melindungi kemanusiaan yang tersisa di tengah reruntuhan konflik yang berkepanjangan.