
BERITAPELITA.COM – AKBP Yasir Ahmadi akhirnya mengeluarkan klarifikasi sekaligus permintaan maaf melalui sebuah video resmi terkait pernyataannya mengenai sosok wanita yang sempat viral karena berada di dalam mobil dinas bersama anak dari Plt Kepala Seksi (Kasi) Propam Polres Tapanuli Selatan (Tapsel).
Video tersebut dirilis setelah munculnya gelombang reaksi publik atas dugaan hubungan tidak pantas antara anak Plt Kasi Propam dan wanita yang berada dalam kendaraan dinas milik kepolisian. Dalam video tersebut, AKBP Yasir Ahmadi menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan informasi yang sempat disampaikannya ke publik sebelumnya.
Ia mengakui bahwa pernyataannya yang menyebut wanita dalam video tersebut sebagai pacar dari anak Plt Kasi Propam didasarkan pada dugaan awal. “Saya menyampaikan permohonan maaf atas kekeliruan informasi. Saat itu pernyataan saya belum berdasarkan hasil pemeriksaan mendalam,” ucap AKBP Yasir dalam video klarifikasi tersebut.
Lebih lanjut, AKBP Yasir menjelaskan bahwa setelah dilakukan pemeriksaan internal oleh Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Sumatera Utara, diketahui fakta baru yang bertentangan dengan dugaan sebelumnya. Wanita yang terekam dalam video tersebut ternyata adalah seorang guru dari anak Plt Kasi Propam, bukan pacarnya seperti yang semula diduga.
Penjelasan ini sekaligus meluruskan berbagai spekulasi yang berkembang di masyarakat. Ia menegaskan bahwa pihaknya tidak menutup-nutupi fakta dan telah menyerahkan sepenuhnya proses pemeriksaan kepada institusi yang berwenang, dalam hal ini Bid Propam Polda Sumut.
“Setelah dilakukan pendalaman oleh tim Propam, kita temukan bahwa wanita tersebut adalah guru privat yang mengajar anak Plt Kasi Propam. Keberadaannya di dalam mobil dinas memang untuk keperluan antar-jemput pendidikan, bukan dalam konteks pribadi yang disalahpahami sebelumnya,” jelas AKBP Yasir.
Ia juga menyampaikan rasa penyesalannya kepada pihak-pihak yang merasa dirugikan, termasuk wanita yang bersangkutan dan keluarganya. Ia mengakui bahwa sebagai pejabat publik, dirinya seharusnya lebih berhati-hati dalam menyampaikan informasi ke publik, terlebih jika hal tersebut belum melalui proses klarifikasi yang utuh.
Reaksi masyarakat atas klarifikasi ini pun beragam. Ada yang mengapresiasi keberanian AKBP Yasir untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf secara terbuka, namun ada pula yang mempertanyakan mengapa pernyataan awal bisa disampaikan tanpa terlebih dahulu melakukan verifikasi yang mendalam.
Pakar komunikasi publik menilai bahwa kasus ini menjadi pelajaran penting bagi pejabat dan aparat dalam menyampaikan pernyataan ke media. Kecepatan dalam memberikan klarifikasi harus dibarengi dengan ketepatan informasi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat.
Sementara itu, pihak keluarga wanita yang berada dalam video viral tersebut dikabarkan telah merasa sangat dirugikan secara psikologis dan sosial akibat kesimpangsiuran informasi yang sempat beredar luas. Mereka berharap bahwa klarifikasi dari kepolisian dapat meredam persepsi negatif publik terhadap yang bersangkutan.
Polda Sumut pun memastikan bahwa pihaknya akan terus melakukan evaluasi terhadap penggunaan kendaraan dinas dan perilaku anggota kepolisian dalam lingkup profesionalisme kerja. Ditekankan bahwa penggunaan fasilitas negara harus sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak menimbulkan persepsi negatif di masyarakat.
Kasus ini juga menjadi perhatian bagi internal Polri untuk memperkuat disiplin serta kode etik anggota dalam bertindak, baik dalam konteks tugas maupun komunikasi publik. Transparansi dalam menangani isu-isu sensitif sangat penting agar kepercayaan masyarakat terhadap institusi tetap terjaga.
AKBP Yasir menutup pernyataannya dengan menyampaikan komitmennya untuk terus memperbaiki diri dan menjadikan kejadian ini sebagai refleksi untuk lebih bijak dalam bertugas. Ia juga berharap agar masyarakat dapat memahami bahwa klarifikasi ini adalah bagian dari tanggung jawab moral dan institusional.
Dengan adanya klarifikasi resmi dan penjelasan dari pihak berwenang, diharapkan masyarakat tidak lagi terpancing oleh isu-isu yang belum terverifikasi. Kasus ini menjadi pengingat bahwa dalam era informasi yang begitu cepat menyebar, kehati-hatian dan akurasi dalam menyampaikan pernyataan menjadi sangat krusial.