
BERITAPELITA.COM – Medan diguncang oleh fenomena cuaca ekstrem yang terjadi sejak 15 Juli 2025. Salah satu kejadian paling dramatis terekam di sebuah kawasan pemukiman, ketika angin kencang menerbangkan atap seng rumah warga hingga nyaris mencelakai orang yang melintas. Momen ini terekam dalam video amatir warga dan dengan cepat menjadi viral di berbagai platform media sosial.
Dalam rekaman berdurasi beberapa detik tersebut, terlihat selembar seng beterbangan dengan liar di udara, terbawa angin kencang. Seng itu sempat melayang cukup tinggi sebelum akhirnya menghantam jalanan yang untungnya sedang kosong. Beberapa warga yang menyaksikan kejadian itu tampak panik, bahkan ada yang berteriak histeris saat seng meluncur ke bawah.
Meski tidak ada korban jiwa maupun luka-luka dalam peristiwa ini, ketegangan jelas terlihat dari reaksi warga. Beberapa di antara mereka langsung memeriksa kondisi rumah masing-masing untuk memastikan tidak ada bagian yang rusak parah atau berbahaya. Kejadian ini pun menjadi perbincangan hangat, terutama karena ancaman keselamatan yang begitu nyata dan mendadak.
Menurut laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan, cuaca ekstrem ini dipicu oleh perubahan pola angin yang menyebabkan kecepatan angin meningkat drastis hingga mencapai 50 kilometer per jam. Fenomena ini diperkirakan akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan dan berpotensi meluas ke daerah lain di Sumatera Utara.
Kepala BMKG Wilayah I Medan, Hendra Wahyudi, dalam keterangan resminya menyampaikan bahwa masyarakat perlu waspada terhadap cuaca panas ekstrem yang disertai angin kencang. “Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan ringan hingga berat pada bangunan yang tidak kokoh, serta membahayakan pengguna jalan,” ujarnya.
Warga diminta untuk tidak membiarkan benda-benda ringan di area terbuka, terutama yang berpotensi terangkat angin seperti seng, terpal, atau spanduk. Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk memperkuat struktur atap dan mengecek kondisi rumah secara berkala demi menghindari kerusakan yang lebih besar.
Salah satu warga yang rumahnya atapnya rusak akibat angin kencang, Ibu Nurhayati (43), mengaku sangat kaget dengan kejadian tersebut. “Anginnya datang tiba-tiba. Saya sedang duduk di dalam rumah, tiba-tiba terdengar suara seng jatuh keras. Ketika keluar, saya lihat atap rumah saya sudah terangkat sebagian,” katanya dengan nada cemas.
Pemerintah Kota Medan langsung merespons kejadian ini dengan menerjunkan tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk meninjau lokasi dan melakukan pendataan kerusakan. Mereka juga memberikan bantuan darurat seperti terpal dan perlengkapan sementara untuk rumah-rumah yang atapnya rusak.
Kepala BPBD Medan, Rahmad Syahputra, menyampaikan bahwa pihaknya tengah bersiaga 24 jam untuk merespons laporan masyarakat terkait dampak angin kencang. “Kami sudah menyiapkan tim reaksi cepat untuk membantu warga. Sampai saat ini, belum ada laporan korban jiwa, tetapi kerusakan bangunan ringan cukup banyak,” jelasnya.
Media sosial pun dibanjiri dengan unggahan video dan foto dari warga yang mengabadikan kejadian serupa di lokasi berbeda. Beberapa netizen mengaku melihat pohon tumbang, papan reklame roboh, hingga kabel listrik yang nyaris putus akibat terpaan angin. Hal ini menambah kekhawatiran warga akan keselamatan dan potensi gangguan listrik serta lalu lintas.
Di tengah meningkatnya risiko bencana akibat cuaca ekstrem, para pakar cuaca mengingatkan bahwa kondisi ini merupakan dampak nyata dari perubahan iklim global. Pemanasan suhu permukaan bumi menyebabkan pola angin dan curah hujan menjadi tidak menentu, dan kejadian seperti ini diprediksi akan semakin sering terjadi jika tidak ada langkah serius untuk mengurangi emisi karbon.
Dinas Pendidikan Kota Medan bahkan telah mengeluarkan imbauan kepada seluruh sekolah untuk menghentikan aktivitas luar ruangan sementara waktu, demi menjaga keselamatan siswa dan guru. Beberapa sekolah memilih mengalihkan kegiatan belajar ke dalam ruangan tertutup yang lebih aman.
Sebagai langkah antisipasi, warga diminta untuk mengikuti perkembangan informasi cuaca melalui saluran resmi BMKG dan menghindari menyebarkan berita tidak valid yang bisa menimbulkan kepanikan. Pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk saling bantu dan menjaga ketertiban selama masa siaga cuaca ekstrem.
Fenomena ini menjadi peringatan keras bagi seluruh lapisan masyarakat agar tidak mengabaikan ancaman cuaca yang bisa datang secara tiba-tiba. Ketahanan infrastruktur, kesiapsiagaan warga, dan informasi yang akurat menjadi kunci untuk meminimalisasi dampak dari kejadian serupa di masa depan.
Cuaca memang tidak bisa dikendalikan, namun mitigasi risiko bisa dilakukan dengan kesadaran kolektif. Kejadian di Medan kali ini menjadi bukti bahwa adaptasi terhadap iklim ekstrem harus menjadi bagian dari kebijakan dan gaya hidup baru masyarakat di era perubahan iklim.