
BERITAPELITA.COM – Mulai 1 Juli 2025, pemerintah secara resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi di seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) milik Pertamina. Kenaikan ini berlaku secara nasional dan diumumkan sebagai bagian dari penyesuaian harga terhadap dinamika pasar global, termasuk fluktuasi harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah.
Kebijakan ini berdampak langsung pada harga sejumlah jenis BBM, di antaranya Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, hingga Pertamina Dex. Di wilayah Jabodetabek, misalnya, harga Pertamax mengalami kenaikan sebesar Rp 400 per liter. Dari harga sebelumnya Rp 12.100 per liter, kini masyarakat harus merogoh kocek sebesar Rp 12.500 per liter.
Kenaikan tidak hanya terjadi pada Pertamax. Harga Pertamax Turbo dan Pertamina Dex juga mengalami penyesuaian. Keduanya naik sebesar Rp 450 per liter. Penyesuaian harga ini dipandang perlu untuk menjaga kestabilan pasokan dan kualitas layanan BBM yang diberikan Pertamina kepada masyarakat luas.
Sementara itu, Dexlite yang merupakan bahan bakar diesel dengan kadar cetane tinggi, mengalami kenaikan paling signifikan, yakni sebesar Rp 580 per liter. Sebelumnya dijual dengan harga Rp 12.740 per liter, kini Dexlite dibanderol Rp 13.420 per liter. Hal ini membuat konsumen kendaraan diesel harus mempertimbangkan kembali efisiensi konsumsi BBM mereka.
Pertalite dan Biosolar, dua jenis BBM yang termasuk dalam kategori subsidi, belum mengalami perubahan harga hingga saat ini. Namun, tidak menutup kemungkinan pemerintah akan mengevaluasi harga kedua BBM ini apabila tren harga minyak mentah dunia terus meningkat dalam beberapa bulan ke depan.
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa penyesuaian harga ini dilakukan secara berkala sesuai dengan mekanisme pasar dan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk keberlanjutan fiskal negara dan perlindungan terhadap kelompok masyarakat rentan.
Pihak Pertamina juga menyampaikan bahwa kenaikan harga BBM non-subsidi telah mempertimbangkan daya beli masyarakat, terutama pengguna kendaraan pribadi dan pelaku usaha transportasi. Meski ada kenaikan, harga BBM Indonesia masih tergolong lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di kawasan ASEAN.
Di sisi lain, sejumlah pengemudi ojek online dan sopir angkutan umum menyatakan kekhawatiran mereka atas dampak langsung dari kebijakan ini. Mereka menilai bahwa kenaikan harga BBM akan berdampak pada pendapatan harian mereka, terlebih jika tidak diimbangi dengan penyesuaian tarif jasa transportasi.
Pemerhati ekonomi energi dari Universitas Indonesia, Dr. Santi Ramadhani, menyampaikan bahwa kebijakan ini harus dibarengi dengan upaya edukasi publik agar masyarakat memahami alasan di balik kenaikan harga. Menurutnya, transparansi data dan komunikasi yang efektif sangat penting agar tidak menimbulkan kepanikan atau spekulasi negatif.
Pemerintah pun diminta untuk segera menyiapkan langkah kompensasi, terutama bagi sektor-sektor yang terdampak langsung, seperti transportasi umum, logistik, dan pelaku UMKM yang menggunakan BBM non-subsidi dalam kegiatan usahanya. Skema subsidi silang atau bantuan langsung mungkin dapat dipertimbangkan kembali.
Kenaikan harga BBM juga dikhawatirkan akan memberikan efek domino terhadap harga barang dan jasa lainnya. Beberapa asosiasi produsen mengingatkan bahwa biaya logistik akan meningkat, dan berpotensi menyebabkan inflasi apabila tidak diantisipasi dengan cepat oleh pemerintah dan Bank Indonesia.
Meski demikian, ada juga pihak yang memandang positif kebijakan ini. Mereka menilai bahwa penyesuaian harga BBM merupakan bagian dari reformasi energi yang lebih besar, untuk mendorong penggunaan energi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Kebijakan ini diharapkan menjadi pemicu peralihan ke energi alternatif, seperti kendaraan listrik.
Pihak Pertamina menjelaskan bahwa seluruh perubahan harga telah diperbarui di aplikasi MyPertamina dan situs resmi perusahaan. Konsumen juga diimbau untuk selalu mengecek harga terbaru sebelum melakukan pengisian bahan bakar agar tidak terjadi kesalahpahaman di lapangan.
Dengan diberlakukannya penyesuaian harga ini, masyarakat Indonesia diharapkan dapat lebih bijak dalam mengelola penggunaan BBM. Selain itu, upaya penghematan energi dan perawatan kendaraan yang baik akan menjadi kunci utama dalam menghadapi perubahan harga energi ke depan.
Pemerintah menegaskan bahwa seluruh keputusan terkait harga BBM akan terus dievaluasi secara berkala, dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi global serta dampaknya terhadap perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat.