Airbus dan Pertamina Garap Bahan Bakar Pesawat dari Minyak Jelantah Indonesia

BERITAPELITA.COM – Industri penerbangan global sedang menghadapi tantangan besar dalam mengurangi emisi karbon. Salah satu solusi yang sedang dikembangkan adalah penggunaan Sustainable Aviation Fuel (SAF) sebagai pengganti avtur konvensional. Indonesia, dengan potensi minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO) yang melimpah, menjadi salah satu fokus pengembangan bahan bakar ramah lingkungan ini. Airbus, raksasa industri penerbangan Eropa, kini melirik minyak jelantah Indonesia sebagai bahan baku SAF.

Kerja sama strategis antara Airbus dan Pertamina Patra Niaga telah dimulai sejak ditandatanganinya Nota Kesepahaman (MoU) pada Bali International Airshow 2024. MoU ini menjadi landasan bagi pengembangan ekosistem bahan bakar penerbangan berkelanjutan di Indonesia. Yosep Iswadi, VP Aviation Fuel Business Pertamina Patra Niaga, mengungkapkan bahwa kerja sama ini telah memasuki tahap sertifikasi internasional.

“Sebagai tindak lanjut MoU dengan Airbus, kami telah melakukan proses sertifikasi bisnis dan operasional sesuai standar ISCC CORSIA,” jelas Yosep dalam keterangan resminya, Sabtu (14/6/2025). ISCC CORSIA adalah sistem sertifikasi internasional yang menjamin keberlanjutan dan kelayakan lingkungan dari bahan bakar penerbangan alternatif. Langkah ini menunjukkan keseriusan kedua belah pihak dalam menciptakan rantai pasok SAF yang andal.

Penggunaan minyak jelantah sebagai bahan baku SAF menawarkan solusi ganda bagi Indonesia. Pertama, dapat mengurangi limbah minyak goreng yang selama ini menjadi masalah lingkungan. Kedua, dapat menciptakan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan untuk sektor penerbangan. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup, Indonesia menghasilkan sekitar 3 juta kiloliter minyak jelantah setiap tahunnya, yang sebagian besar belum dimanfaatkan secara optimal.

Airbus melihat potensi besar dalam pengembangan SAF berbasis minyak jelantah di Indonesia. Negara ini tidak hanya memiliki pasokan bahan baku yang melimpah, tetapi juga infrastruktur pengolahan yang memadai melalui kilang-kilang Pertamina. Dalam jangka panjang, kerja sama ini dapat menempatkan Indonesia sebagai salah satu pemasok utama SAF di kawasan Asia Pasifik.

Proses pengolahan minyak jelantah menjadi SAF melibatkan teknologi hidroprosesing yang canggih. Pertamina saat ini sedang mempersiapkan fasilitas produksi SAF di beberapa kilangnya. Teknologi ini mampu mengubah minyak jelantah menjadi bahan bakar dengan karakteristik kimia yang identik dengan avtur konvensional, sehingga bisa digunakan tanpa modifikasi pada mesin pesawat.

Tantangan utama dalam proyek ini adalah membangun rantai pasok minyak jelantah yang terorganisir. Selama ini, pengumpulan minyak jelantah di Indonesia masih didominasi oleh pedagang informal. Pertamina perlu membangun sistem pengumpulan yang lebih terstruktur dan memenuhi standar keberlanjutan yang ketat. Hal ini penting untuk memastikan kualitas dan keberlanjutan bahan baku SAF.

Dari sisi regulasi, pemerintah Indonesia telah menunjukkan dukungan melalui berbagai kebijakan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang menyusun regulasi khusus tentang pemanfaatan SAF. Regulasi ini diharapkan dapat memberikan kepastian hukum bagi pengembangan industri SAF dalam negeri. Selain itu, pemerintah juga memberikan insentif fiskal untuk mendorong investasi di sektor ini.

Pengembangan SAF di Indonesia sejalan dengan komitmen global untuk mengurangi emisi karbon di sektor penerbangan. Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) telah menetapkan target pengurangan emisi karbon sebesar 50% pada 2050 dibandingkan level 2005. SAF dianggap sebagai solusi paling realistis untuk mencapai target ini, karena tidak memerlukan perubahan signifikan pada infrastruktur penerbangan yang ada.

Keberhasilan proyek ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Selain menciptakan lapangan kerja baru dalam rantai pasok minyak jelantah, proyek ini juga dapat meningkatkan nilai tambah ekspor. SAF berbasis minyak jelantah memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan minyak jelantah mentah yang selama ini diekspor.

Para ahli memperkirakan bahwa pasar SAF global akan tumbuh pesat dalam dekade mendatang. Dengan memposisikan diri sebagai produsen SAF sejak dini, Indonesia dapat mengambil bagian dalam pertumbuhan pasar yang menjanjikan ini. Airbus sebagai mitra strategis dapat membuka akses pasar global untuk SAF produksi Indonesia.

Meskipun demikian, masih ada beberapa hambatan yang perlu diatasi. Harga SAF saat ini masih lebih mahal dibandingkan avtur konvensional. Untuk membuatnya kompetitif, diperlukan skala produksi yang besar dan efisiensi proses. Selain itu, perlu edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan minyak jelantah yang baik untuk mendukung program ini.

Pertamina berencana memulai produksi SAF skala komersial pada 2026. Tahap awal akan fokus pada memenuhi kebutuhan pasar domestik, sebelum kemudian berekspansi ke pasar ekspor. Beberapa maskapai penerbangan Indonesia telah menyatakan ketertarikannya untuk menggunakan SAF produksi dalam negeri.

Dukungan dari berbagai pemangku kepentingan sangat penting untuk kesuksesan proyek ini. Kolaborasi antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat diperlukan untuk menciptakan ekosistem SAF yang berkelanjutan. Airbus sebagai mitra teknologi akan terus memberikan dukungan teknis dalam pengembangan dan komersialisasi SAF di Indonesia.

Proyek pengembangan SAF dari minyak jelantah ini menjadi contoh nyata bagaimana transisi energi dapat menciptakan peluang ekonomi baru. Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi pelaku utama dalam revolusi bahan bakar penerbangan berkelanjutan. Keberhasilan inisiatif ini tidak hanya akan mengurangi emisi karbon, tetapi juga meningkatkan ketahanan energi dan perekonomian nasional.

Dengan segala potensi dan tantangannya, kerja sama Pertamina dan Airbus dalam pengembangan SAF berbasis minyak jelantah patut diapresiasi. Proyek ini tidak hanya penting bagi masa depan industri penerbangan Indonesia, tetapi juga bagi upaya global dalam memerangi perubahan iklim. Kesuksesannya akan menjadi bukti bahwa Indonesia mampu berkontribusi nyata dalam solusi energi bersih tingkat dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *